9 TRADISI RUTIN DI KABUPATEN PATI

1. Tradisi 10 Sura Syekh Ahmad Al-Mutamakkin

Tradisi 10 Sura Syekh Ahmad Al-Mutamakkin kabupaten Pati merupakan sebuah upacara tradisional khoul yang dilaksanakan oleh masyarakat Kajen Pati dan sekitarnya. Upacara khoul ini merupakan kegiatan ritual yang dilaksanakan dengan tujuan untuk menghormati dan memuliakan Syekh Ahmad Al-Mutamakkin dengan memohon ampun dan mengirim doa atau memanjatkan doa sebagai peringatan setelah seribu hari meninggalnya (nyewu=Jawa).
Tokoh Syekh Ahmad Al-Mutamakkin dipercaya sebagai wali penyebar agama Islam di daerah Pati dan sekitarnya. Kisah hidupnya ditulis dalam Serat Cabolek yang dikarang oleh Raden Ngabehi Yasadipura I pada masa pemerintahan Pakubuwana II pada masa pemerintahan Surakarta pada abad ke-18. Salah satu tujuan dilaksanakannya tradisi khoul yang dijuluki dengan tradisi 10 Sura Syekh Ahmad Al-Mutamakkin adalah sebagai sarana untuk menghormati dan mengenang akan keberadaan jasa-jasa beliau.
Tradisi inidilaksanakan satu tahun sekali yang merupakan acara rutin pada setiap bulan Sura. Prosesi khaul 10 Sura Syekh Ahmad Al-Mutamakkin ini diawali mulai tanggal 6 Sura dan diakhiri pada tanggal 11 Sura. Waktu tersebut dipilih sebagai pelaksanaan upacara ritual dikarenakan bulan Sura atau yang bertepatan dengan bulan Muharam bagi masyarakat Jawa merupakan bulan yang sakral dan dianggap bulan yang baik untuk mengadakan ritual atau tradisi tertentu. Bulan Muharam (Sura=Jawa) bagi masyarakat Islam adalah tahun baru Hijriyah dan biasa digunakan sebagai sarana mendekatkan diri dengan Sang Khalik. Pada upacara tersebut terdapat berarapa rangkaian ritual keagamaan yang dilaksanakan antara lain;
Tahtiman Al-Quran Bilghoib dan Binnadhor, buka selambu dan pelelangan, serta tahlil khoul.


2. Khoul Syeh RonggoKusumo


K.Raden Ronggokusumo adalah putera K.Agung Meruwut yang juga masih keponakan KH.Ahmad Mutamakkin yang merupakan salah satu murid yang lain, ia diperintahkan untuk membuka tanah (menebang hutan) disebelah barat Desa Kajen. Perintah beliau dilaksanakan penuh tanggungjawab sehingga dalam waktu yang singkat (konon dalam waktu satu malam) tanah tersebut terlihat emplak-emplak, sehingga oleh beliau dinamai Desa NGEMPLAK. K.Raden Ronggokusumo menetap di Desa tersebut dan ia berjasa besar dalam menyiarkan Agama Islam.Setiap tanggal 10 Shafar, Hari Ulang Tahun atau Haul yang selalu dibanjiri oleh para zairin dari berbagai daerah. Makam beliau terletak di Desa Ngemplak, Kecamatan Margoyoso,Kabupaten Pati,.




3. Khoul Syeh Jangkung


Syeh Jangkung merupakan salah seorang murid Sunan Kalijaga (Wali Songo). Menurut cerita Saridin (Syeh Jangkung) dilahirkan di Desa Landoh Kiringan Tayu, setelah dewasa beliau berkelana di daerah-daerah Pulau Jawa bahkan sampai di Sumatera untuk menyebarkan Agama Islam. Makam Syeh Jangkung terletak di Desa Landoh, Kecamatan Kayen. Jarak dari kota Pati kira kira 17 Km kearah selatan menuju Kabupaten Grobogan. Makam ini ramai dikunjungi wisatawan, lebih-lebih hari Jum at Pahing, pengunjung berasal dari Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur,Sumatera bahkan Malaysia dan Singapura.
Upacara khaul Syekh jangkung dilaksanakan 1 tahun sekali yaitu pada bulan Rajab tanggal 14-15. Adapun acara atau ritual yang di laksanakan antara lain upacara ganti selambu ,pengajian


4.Rajabiyah

Rajabiyah atau yang sering di sebut sebagai rejeban oleh masyarakat jawa adalah upacara yang dilaksanakan untuk memperingati wafatnya Sunan Prawoto yaitu raja keempat Kasultanan Demak yang memerintah tahun 1546-1549. Nama aslinya ialah Raden Mukmin. Prosesi ini dilaksanakan Makam Sunan Prawoto, yang terletak pekuburan umum Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati. Pelaksanaan khaul Sunan Prawoto dilaksanakan setiap tanggal 15 Rajab.


5.Sedekah laut dan Sedekah Bumi

Sedekah lautdan sedekah bumi merupakan budaya yang unik, kemungkinan hanya ada di Jawa Tengah yang diantaranya ada di daaerah Pati. Sedekah bumi dan sedekah laut dilakukan untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat dan karuniaNya disamping dipanjatkan permohonan agar Tuhan Yang Maha esa tetap berkenan memberikan ridlo dan barokah serta keselamatan untuk hari-hari berikutnya.
Ritual Upacara Sedekah laut di Pati diawali dengan upacara kecil yang disebut Jhodang Sajen kemudian dilarung. Jhodang Sajen berbentuk Perahu Naga Mina. Ritual ini biasanya diadakan setiap setahun sekali yakni tiap tanggal / hari antara Hari raya Idul Fitri dengan Ketupat. Seperti halnya sedekah laut, sedekah bumi juga di laksanakan setiap satu tahun sekali.




6.Meron

Meron adalah suatu ritual atau tradisi masyarakat Pati tepatya di kecamatan Sukolilo yang dilaksanakan setiap tanggal 12 Maulud.
dengan tujuan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Upacara ini ditandai dengan arak-arakan nasi tumpeng yang menurut masyarakat setempat disebut Meron. Nasi tumpeng tersebut dibawa ke masjid Sukolilo sebagai kelengkapan upacara selamatan. Prosesi Meron tersebut diikuti oleh aneka ragam kesenian tradisional setempat. Setelah upacara selamatan selesai, nasi Meron kemudian dibagikan kepada seluruh pengunjung.

7. Prosesi Sendang Sani

Sendang Sani Terletak di Desa Tamansari Kecamatan Tlogowungu sejauh lebih kurang 4 Km dari Kota Pati. Sendang Seni adalah sumber air dimana Sunan Kalijogo akan mengambil air wudlu tiba-tiba disisani oleh pengawalnya sehingga disabda oleh beliau menjadi seekor bulus. Di komplek ini terdapat Makam Adipati Pragola beserta pengawalnya dan masih dianggap keramat oleh masyarakat sekitarnya. Setiap tahun tepatnya bulan Maulud selalu diadakan prosesi oleh Yayasan Handodento.
Ditempat itu terdapat tempat-tempat ritual yang di anggap kramat, antara lain : Paseban yakni empat untuk mengheningkan diri mohon kepada Sang Pencipta, Padusan yakni tempat mandi yang airnya diambil dari Sendangsani yang sementara dipercayai membawa berkah., dan pintu gerbang

8. Mapati

Mapati adalah upacara yang dilakukan pada bulan ke-4 ketika bayi masih berada dalam perut ibunya. Mapati merupakan suatu upacara untuk menghormati kehamilan seorang wanita yaitu dengan memanjatkan doa dan ritual-ritual tertentu kepada yang maha Esa yang di tujukan untuk ibu yang mengandung dan anak yang dikandung supaya mendapat kan berkah dan rahmat dari Tuhan yang maha Esa. Mapati dilakukan pada hari ke-4 yakni pada saat janin berumur 120 karena pada saat itu janin yang ada dalam perut ibunya itulah Allah meniupkan ruh ataunyawa pada si jabang bayi.


9. Suronan

Bulan suro dalam penanggalan jawa atau muharram sesuai kalender islam adalah bulan pertama tahun qomariah yang oleh masyarakat jawa sendiri dikenal sebagai candra purwakaning warsa atau bulan pembuka tahun. pada masyarakat jawa sendiri bulan suro dianggap sebagi bulan keramat, gawat, dan penuh bala. sesuatu yang biasa tentunya pada masyarakat jawa yang masih sangat memperhitungkan apa itu hari baik dan hari buruk (semua ini terlepas dari perspektif agama tentunya).
saking keramatnya bulan suro dimata masyarakat jawa, secara turun temurun masyarakat jawa mempercayai bahwa pada bulan suro tidak boleh diadakan pernikahan, khitanan, dan pembangunan rumah karena dianggap hanya akan membawa bala bencana bagi para pelakunya. bahkan, pada sebagian orang tua mereka akan sangat was-was apabila anak mereka ada yang waktunya melahirkan di bulan suro. konon bayi yang akan lahir itu bakal diambil oleh batara kala dan akan dibuang ke istana durga di setra gandhamayit. yah sudah tak heran tentunya apabila ini ada dalam masyarakat jawa karena memang masyarakat jawa adalah komunitas yang penuh klenik dan membagi dunia menjadi bagian bagian yang tak terlihat dan yang terlihat.tetapi terlepas dari semua itu, bulan suro tetaplah bulan keramat yang sangat diagungkan dalam konteks penghormatan terhadap bulan ini. berbagai prosesi digelar di bulan ini. prosesi bulan suro dimulai sejak permulaan bulan, yakni pada malam satu suro. tradisi seperti "kungkum" atau berendam dalam air mungkin sudah sangat populer di masyarakat dengan tempat favorit kayak pertemuan kali oya dan kali opak di jogja. selanjutnya prosesi bulan suro tuh diikuti ama tradisi "grebeg ageng suro" utamanya di kraton jogja dan solo, dan umumnya di beberapa daerah lainnya. selain kedua di episentrum tampuk pemerintahan tersebut juga acap kali di gelar di dua episentrum pendulum alam, yakni di merapi dan pesisirselatan, seperti bakti pisungsum jaladri dan larung ageng merapi.

0 komentar:

Copyright © 2009 - AQFA fil BLOG - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template